Laman

Kamis, 03 Januari 2013

LIDAH ADALAH AMANAH

Andaikan saja lidah bertulang, maka takkan pernah ada manusia berkasih sayang, takkan pernah puisi indah terbilang, dan tak ada gunanya telinga sebagai pendengaran. Maha suciNya Allah yang telah memberikan apa yang dibutuhkan manusia, tak ada yang menyangka, tak ada yang mengira, hanya orang-orang yang berakal dan berilmu yang mampu menyadarinya. Ternyata begitu lengkap dan sempurnanya Allah menciptakan segala makhluk terutama manusia. Allah betul-betul tahu apa yang dibutuhkan hambanya, sehingga semua makhluk yang dicipta di dunia, semua sudah lengkap dengan segala keperluannya demi menjalani sebuah kehidupan.

Mungkin kita pernah mendengar sebuah peribahasa, “memang lidah tidak bertulang”. Kalolah ia bertulang, tentunya akan mudah dipegang, mudah patah dan terus dibuang. Kalolah ia bertulang, tentunya tidak akan pernah lahir nada-nada indah tercipta. Bahkan manusia tak akan mampu berbicara dan berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Sehingga begitu hebatnya Allah menciptakan alat kecil ini namun dapat mempengaruhi dunia. Jika dilihat pribahasa tadi mungkin ada benernya juga, bahwa ucapan yang keluar dari lidah terkadang bisa berubah-ubah dan sulit untuk dipegang.

Lidah memang aneh, walau hanyalah selempeng daging yang agak menonjol. Tapi dari sana bisa tampak setengah pribadi manusia, sedangkan setengah lagi ada di dalam pikiran dan hatinya. Hebatnya lagi bahwa lidah lah yang mengatur pergerakan mulut kita. Jika lidah bergerak, maka mulut pun akan terbuka, dan disaat mulut terbuka, maka tampaklah pribadi manusia. Bahkan dikala lidah bergerak dan menari-nari di dalam mulut, tapi ia tidak pernah tergigit. Ia selalu bergerak  dengan lincah, dan berubah-ubah. Mungkin dari sana ada sebuah pesan yang terkandung, bahwa setiap apa yang telah keluar dari mulut, maka lidah akan mudah berselit lidah untuk menghindar dari apa yang telah terucap keluar darinya.

Kata Aa gym, “Lidah adalah amanah”, maka bila kita membicarakan amanah berarti apa yang saat ini kita miliki akan diminta pertanggung jawaban nantinya. Karena Lidah adalah titipan Allah, dan setiap titipan haruslah dijaga dengan baik agar tidak lecet ketika dikembalikan pada pemilikNya. Sebab apapun yang telah keluar dari lidah tidak akan mampu ditarik kembali. Bahkan mungkin banyaknya dosa dikandung badan selama ini lahir dari lidah kita. Mungkin kita pernah berbicara seenaknya, tapi kita tidak pernah berfikir apakah lawan bicara kita terluka ataukah tidak. Mungkin niatnya bercanda tapi tanpa kita sadari bahwa hati telah terlukai, bahwa ucapan yang keluar dari lidah ternyata lebih tajam dari anak panah. kalolah panah itu tertancap dalam-dalam di pikiran dan dihati, maka mencabutnya akan semakin sulit. Dan kalolah berhasil mencabutnya, jangan lupa bahwa bekas lubang yang tertancap kan terus membekas selamanya.

Lidah memang tak bertulang, sekali digerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Siapa sangka bahwa persahabatan dua manusia bisa terpisahkan oleh karena lisan. Siapa mengira bahwa hubungan ayah dan anak bisa yang saling menyayangi dan menghormati bisa lekang oleh karena lisan. Dan siapa menduga bahwa suami-Istri yang saling mencintai pun bisa kandas oleh karena lisan yang tak terjaga. Sehingga begitu bahayanya lisan, oleh karena itu Allah dan Rasul SAW mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. al-Imam al-Bukhari hadits no. 6089 dan al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah z)

Bahkan Al-Imam asy-Syafi’i t juga mengatakan, “Apabila dia ingin berbicara hendaklah dipikirkan terlebih dahulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah. Jika ragu, janganlah dia berbicara hingga tampak maslahatnya.” (al-Adzkar hlm. 284)

Marilah kita merenung sejenak, mungkin saja orang-orang yang kita sayangi selama ini pergi karena kita tidak mampu menjaga ucapan. Begitu banyak persahabatan yang kandas ditengah jalan disebabkan oleh lisan yang tak terjaga. Bayangkan seberapa sering lidah kita menjadi lebih tajam mengiris-ngiris hati hingga berdarah karena pahitnya ucapan. Mungkin niatnya bercanda, tapi siapa sangka sensitif manusia itu berbeda-beda. Sepatah dua patah kata seakan mengunus dengan kejam dan meninggalkan luka. Begitu banyak orang hebat tergelincir akibat salah berkata. Begitu banyak peperangan tercipta akibat lisan yang terucap.

Lantas kalolah ada sebuah peribahasa, “mulutmu harimaumu”. Mungkin ada benernya juga. Bukankah harimau adalah hewan pemakan daging? Jadi kalolah diibaratkan dengan “lidah” mungkin ada beberapa kesamaan, sama-sama menusuk daging. Karena lidah mampu membuat pikiran dan hati terluka. Namun kalolah seekor harimau tidak akan mau memangsa sesamanya. Tapi kalolah lidah maka siapapun bisa menjadi korbannya. Yang pasti setiap ucapan yang kita keluarkan semua didengar oleh Allah SWT. Tak ada satu pun patah kata yang keluar dari mulut kita, kecuali akan dipertanggung jawabkan olehNya.

Namun tak selamanya lidah membuat luka. Karena lidah juga mampu menyatukan persahabatan yang dulu terpisahkan, lidah juga mampu merapatkan barisan walau sebelumnya tak beraturan. Begitu hebatnya lisan, jikalau ia dipakai buat kebaikan. Maka siapapun yang ingin pandai berbicara ada baiknya mengimbangi dengan ilmu agama, karena untuk menuntun dan menjaganya. Lisan adalah karunia Allah yang besar. Sehingga ia harus disyukuri dengan sebenar-benarnya. Lidah dipakai untuk sebuah kebaikan, menginspirasi orang banyak, saling mengingatkan dalam kebaikan. Namun apabila ada sebuah perkara yang tidak diketahui, alangkah baiknya kita diam.

alangkah sangat beruntungnya orang yang MAMPU menahan diri dari kesia-siaan dalam berkata- kata dan menggantinya dengan berdzikir kepada ALLAH SWT. Mulai sekarang ada baiknya kita berfikir dahulu sebelum berucap, karena mana tahu apa yang akan kita ucap bisa membawa mudhorat. Tapi kalolah itu baik menurut Allah dan Rasulnya, maka katakanlah saja apa adanya. DIAM lah jika kita tidak tahu. Karena DIAM tidak akan pernah salah. So semangat ya teman-teman..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar